Selasa, 13 Januari 2015

TEORI DASAR PENELITIAN KUALITATIF



TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
“TEORI DASAR PENELITIAN KUALITATIF”





DI SUSUN OLEH :
PAREZA NASARI
NIM : 13531058
LOKAL : PAI III F
 



JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN (CURUP)








A.Pendahuluan
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha menemukan teori yang berasal dari data.[1] Oleh karena itu, teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif sangat berpengaruh. Baik dimulai dari penemuan fenomena sampai pada simpulan. Kenyataan di lapangan, para peneliti kualitatif jarang memasukkan teori ke dalam interpretasi data mereka. Hal itu dikarenakan peneliti kualitatif lebih menyukai pembahasan masalah atau generalisasi penelitian. Padahal, dalam penelitian kualitatif, bukan masalah atau generalisasi penelitian yang lebih penting, melainkan pengujian teori.[2]
Kasiram juga menyebutkan pentingnya teori dalam penelitian kualitatif. Teori sering disebut sebagai pisau bedah fenomena, sekaligus sebagai pisau analisis data dalam rangka konstruksi teori baru temuan.[3]
Walaupun penelitian kualitatif beranjak dari teori, namun tidak semua teori teoritis dan dapat digunakan atau dimasukkan dalam penelitian. Seorang peneliti harus pintar dalam memilih teori yang sesuai dengan inti atau tujuan penelitian. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam makalah ini, yaitu peran teori dalam penelitian kualitatif akan menyajikan pemahaman lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori.

B.Pentingnya Teori Dalam Penelitian Kualitatif
            Sebelum kita membahas tentang pentingnya teori dalam penelitian kualitatif, terlebih dahulu kita membahas pengertian teori. Teori adalah gagasan (konsep) defenisi-defenisi dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain yang menunjukan fenomena yang sistematis dengan menetapkan hubungan antar variable dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.[4]

[Pemakalah menyimpulkan teori adalah suatu konseptualisasi yang umum, konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenaranya, bila tidak dapat  di uji kebenaranya maka itu bukan teori.”

Karena beranjak dari realitas, pentingnya sebuah teori dalam penelitian kualitatif tidak sepenting penelitian kuantitatif. Ada beberapa pandangan tentang kedudukan dan pentingnya teori dalam penelitian kualitatif, antara lain:[5]
a.       Pandangan yang keras yang menolak penggunaan teori karena jika memulai penelitian dengan teori, maka si peneliti tidak akan pernah dapat memahami realita. Hal itu karena teori yang digunakan telah memengaruhi, mengarahkan dan dalam arti tentu menjadi “ kaca mata kuda” bagi si peneliti. Penganut pandangan ini menyarankan datanglah ke dalam realitas dengan “kepala kosong” dan mulailah “dengan diam”    .
b.      Pandangan yang mempertimbangkan penggunaan teori dengan kritis. Pandangan ini menganjurkan menggunakan teori dengan sangat hati-hati dan kritis untuk sekedar menjelaskan fokus penelitian.
c.       Namun, jika fakta dan data penelitian di lapanagn tidak cocok dengan teori, abaikan saja teori itu dan terus perdalam penggalian data. Temuan dari lapangan lebih penting daripada teori.
d.      Pandangan yang menyarankan untuk membandingkan temuan lapangan dengan teori yang sudah ada untuk menajamkan dan memperkaya temuan. Namun, tetap mendahulukan dan menjelaskan secara mendalam hasil temuan.
Berbeda dengan teori pada penelitian kuantitatif yang menjadi dasar penelitian untuk diuji, maka pada penelitian kualitatif, teori berfungsi sebagai inspirasi dan perbandingan. Mungkin peneliti terinspirasi dari suatu teori yang kemudian menjadi kerangka berpikir peneliti dalam meng-capture suatu fenomena? Atau ketika peneliti menjelaskan dan membahas suatu fenomena, peneliti teringat pada suatu teori yang berkaitan dengan fenomena tersebut, maka ungkapkanlah. Teori akan memperkuat penjelasan peneliti, dan memberi warna yang lebih tajam bagi analisis peneliti. Namun, teori bukan satu-satunya alat analisis ataupun perbandingan dan bahkan inspirasi peneliti. Karena inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari sebuah artikel ringan di sebuah majalah ‘ecek-ecek’, dari sebuah ungkapan ngawur di pinggir jalan, dari mana saja. Sepanjang itu membentuk cara berpikir peneliti dalam memandang suatu fenomena, maka itu bisa menjadi inspirasi bagi peneliti. Jadi, dalam penelitian kualitatif, teori bukan satu-satunya kacamata yang bisa digunakan untuk ‘melihat’, ada banyak kacamata lain. Karena itu, mengumpulkan segala macam informasi yang relevan serta dari segala macam sumber adalah penting. Karena seperti diulaskan tadi, selain menjadi inspirasi, segala informasi dan rujukan tersebut juga dapat menjadi bahan perbandingan peneliti pada pembahasan hasil penelitian.[6]
[“Pemakalah menyimpulkan bahwa teori dalam penelitian kualitatif tidaklah    begitu penting seperti di penelitian kuantitatif. Dalam penjelasan bagian pertama tentang pentingnya sebuah teori dalam penelitian kualitatif yaitu “ kaca mata kuda” maksutnya adalah hanya fokus kepada 1 pandangan saja tidak bisa berpikir lebih luas. Kemudian datanglah dengan “kepala kosong” dan “mulailah dengan diam” maksutnya adalah Terjun langsung ke lapangan dengan keadaan tenang sehinggah peneliti bisa mendapatkan data yang realita. Dalam artian si peneliti harus hati-hati dalam menggunakan teori untuk penjelasanya. Setidaknya, peneliti juga harus punya wawasan untuk dapat menginterpretasi dan menganalisis fenomena di lapangan. Salah satunya adalah mengetahui teori yang relevan.

C.Penjelasan Teori Dalam Penelitian Kualitatif
Menurut Snelbecker dalam Moleong “Fungsi teori adalah meramalkan dan menjelaskan perilaku, menemukan teori lainnya, untuk aplikasi plaktis, memberikan perspektif bagi usaha jarigan data, membimbing dan menyajikan gaya penelitian”.[7] Singarimbun dan Effendi , teori berfungsi menjelaskan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep. Selain itu, teori juga menerangkan fenomena tertentu dengan cara menetukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungan tersebut.[8]  Sedangkan Sevilla, Consuelo G., dkk. menyebutkan fungsi teori, yaitu:[9]
“(1) sebagai suatu kerangka konsepsi penelitian dan memberikan alasan perlunya penyelidikan, (2) melalui teori kita dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terinci sebagai pokok masalah penyelidikan, dan (3) untuk menampilkan hubungan antara variabel-variabel yang telah diselidiki.” Melalui teori, (1) peneliti mendapatkan masukan dalam memaknai persoalan dan (2) teori juga dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka fungsi teori adalah (1) meramalkan, menjelaskan, dan menemukan teori lain, (2) memberikan perspektif jaringan, (3) memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun pertanyaan sebagai pokok masalah, (5) menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan fenomena sebagai masukan dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding.

C.Cara Menjelaskan Teori
            Adapun cara menjelaskan teori dalam penenlitian kualitatif peneliti diharuskan untuk mengerti atau memehami tentang teori dan apa tujuan dari penelitianya sehinggah dapat mempermudah dalam penjelasanya. Kita harus terjun langsung ke lapangan sehinggah mendapatka hasil lapangan yang sebenarnya atau fakta untuk mempermudah menjelaskan teori. Jika fakta di lapangan tidak sesuai dengan teori maka maka abaikan saja teori dan teruskan untuk menganalisis data.
D.Teori Dasar Dalam Penelitian Kualitatif
            a. Etnografi
                        Etnografi merupakan ancangan yang berawal dalam disiplin antropologi budaya, dan pada pokoknya bertujuan mengkaji bagaimanakah budayah sekelompok manusia. Metode utamanya adalah observasi, partisisfasif, yang menuntut kerja lapangan yang intensif dengan peneliti terlibat penuh di dalam budaya yang dikajinya. Etnografi mementingkan asas relativisme budayanya dan budaya itu dihargai sebagaimana adanya tanpa membawa nilai-nilai dari budaya si peneliti. Ini juga berarti penghargaan penuh (termasuk upaya empati) terhadap kelompok manusia yang hendak diteliti.[10]
[“pemakalah menyimpulkan yang di maksut dengan etnografi adalah penelitian  terhadap suatu budaya yang kemudian menghargai nilai-nilai budaya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode observasi, artinya lebih dominan terjun langsung kelapangan”.

b.Etnometodologi
               Etnometodologi yang bersumber di dalam disiplin sosiologi mikro dan dipelopori oleh Harold Garfinkel , mengajukan pertanyaan: bagaimanakah orang memahami kegiatanya sehari-hari sehingga perilakunya dapat diterima oleh masyarakat? Berbeda dengan heuristis yang memperhatikan pengalaman intens, etnometodologi lebih memperhatikan hal-hal yang begitu lumrah dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak pernah terpikirkan secara mendalam oleh para pelakunya. Berakar dalam fenomenalogi, etnometodologi berusaha memahami akal sehat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk dapat berfungsi dalam suatu kelompok yang hendak mencapai suatu tujuan tertentu.
Untuk membuktikan kompleks dan tindakan lumrahnya suatu gejala, etnometodologi menggunakan teknik sengaja melanggar pola keseharian yang berlaku, dan reaksi terhadap pelanggaran itu mencoba memahami kompleksilitasnya.[11]
Etnometodologi lebih sering menekankan pada subjek pokok yang diteliti dan biasanya kurang menyatakan atau menjelaskan metode yang digunakan oleh para penelitinya. Ia merupakan studi tentang bagaimana individu mencipta dan memahami kehidupan sehari-harinya, atau metode pencapaian yang digunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.[12]
[“pemakalah menyimpulkan, etnometodologi adalah memahami atau meneliti akal sehat manusia yang di berfungsi untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang bersifat lumrah sehingga peneliti tidak perluh berpikir secara mendalam. Subjek penelitiannya adalah orang atau kelompok dalam berbagai situasi khusus di dalam masyarakat kita.



DAFTAR PUSTAKA

            Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja          Rosdakarya.
http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/peran-teori-dalam-penelitian-kualitatif. html.
            Kasiram,  Mohamad. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN- Maliki Press.  
Komarudin, 1987, kamus riseT, Offset Angkasa, Bandung.
Putra, nusa. Dan santi lisnawati. Penelitian kualitatif pendidikan agama islam. 2012 .PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Singaribuan, Masri, dkk. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Indonesia.
Sevila, Consuelo G., dkk. 1993. Pengantar  Metode  Penelitian. Jakarta: UI–Press.


                 [1]Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 27-28.

[2] http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/peran-teori-dalam-penelitian-kualitatif. html

                      [3]Kasiram,  Mohamad. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN- Maliki Press. Hal: 309.

[4]Komarudin, 1987, kamus riseT, Offset Angkasa, Bandung; hal:280
[5] Putra, nusa. Dan santi lisnawati. Penelitian kualitatif pendidikan agama islam. 2012 .PT. Remaja Rosdakarya. Bandung; hal: 25
[6]http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/peran-teori-dalam-penelitian-kualitatif.html

[7] Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 58.
[8] Singaribuan, Masri, dkk. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Indonesia. Hal: 37
[9] Sevila, Consuelo G., dkk. 1993. Pengantar  Metode  Penelitian. Jakarta: UI–Press. Hal: 30.
[10] Putra, nusa. Dan santi lisnawati. Penelitian kualitatif pendidikan agama islam. 2012 .PT. Remaja   Rosdakarya. Bandung; hal: 27
[11] Putra, nusa. Dan santi lisnawati. Penelitian kualitatif pendidikan agama islam. 2012 .PT. Remaja     Rosdakarya. Bandung; hal: 27

[12] http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/peran-teori-dalam-penelitian-kualitatif.html










Tidak ada komentar:

Posting Komentar