TUGAS UJIAN
AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN
“TEORI DASAR PENELITIAN
KUALITATIF”
DI SUSUN OLEH :
PAREZA NASARI
NIM : 13531058
LOKAL : PAI III F
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN (CURUP)
A.Pendahuluan
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha menemukan teori
yang berasal dari data.[1]
Oleh karena itu, teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif sangat
berpengaruh. Baik dimulai dari penemuan fenomena sampai pada simpulan.
Kenyataan di lapangan, para peneliti kualitatif jarang memasukkan teori ke
dalam interpretasi data mereka. Hal itu dikarenakan peneliti kualitatif lebih
menyukai pembahasan masalah atau generalisasi penelitian. Padahal, dalam
penelitian kualitatif, bukan masalah atau generalisasi penelitian yang lebih
penting, melainkan pengujian teori.[2]
Kasiram juga menyebutkan pentingnya teori dalam penelitian kualitatif.
Teori sering disebut sebagai pisau bedah fenomena, sekaligus sebagai pisau
analisis data dalam rangka konstruksi teori baru temuan.[3]
Walaupun penelitian kualitatif beranjak dari teori, namun tidak semua
teori teoritis dan dapat digunakan atau dimasukkan dalam penelitian. Seorang
peneliti harus pintar dalam memilih teori yang sesuai dengan inti atau tujuan
penelitian. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam makalah ini, yaitu peran teori dalam
penelitian kualitatif akan menyajikan
pemahaman lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori.
B.Pentingnya
Teori Dalam Penelitian Kualitatif
Sebelum
kita membahas tentang pentingnya teori dalam penelitian kualitatif, terlebih
dahulu kita membahas pengertian teori. Teori adalah gagasan (konsep)
defenisi-defenisi dan proposisi-proposisi yang berhubungan satu sama lain yang
menunjukan fenomena yang sistematis dengan menetapkan hubungan antar variable
dengan tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.[4]
[“Pemakalah menyimpulkan teori adalah suatu konseptualisasi
yang umum, konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui jalan
yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenaranya, bila tidak dapat di uji kebenaranya maka itu bukan teori.”
Karena beranjak dari realitas, pentingnya sebuah teori
dalam penelitian kualitatif tidak sepenting penelitian kuantitatif. Ada
beberapa pandangan tentang kedudukan dan pentingnya teori dalam penelitian
kualitatif, antara lain:[5]
a.
Pandangan yang
keras yang menolak penggunaan teori karena jika memulai penelitian dengan teori,
maka si peneliti tidak akan pernah dapat memahami realita. Hal itu karena teori
yang digunakan telah memengaruhi, mengarahkan dan dalam arti tentu menjadi “
kaca mata kuda” bagi si peneliti. Penganut pandangan ini menyarankan datanglah
ke dalam realitas dengan “kepala kosong” dan mulailah “dengan diam” .
b.
Pandangan yang
mempertimbangkan penggunaan teori dengan kritis. Pandangan ini menganjurkan
menggunakan teori dengan sangat hati-hati dan kritis untuk sekedar menjelaskan
fokus penelitian.
c.
Namun, jika
fakta dan data penelitian di lapanagn tidak cocok dengan teori, abaikan saja
teori itu dan terus perdalam penggalian data. Temuan dari lapangan lebih
penting daripada teori.
d.
Pandangan yang
menyarankan untuk membandingkan temuan lapangan dengan teori yang sudah ada
untuk menajamkan dan memperkaya temuan. Namun, tetap mendahulukan dan
menjelaskan secara mendalam hasil temuan.
Berbeda dengan teori pada penelitian kuantitatif yang menjadi dasar
penelitian untuk diuji, maka pada penelitian kualitatif, teori berfungsi
sebagai “inspirasi dan perbandingan”. Mungkin peneliti terinspirasi dari
suatu teori yang kemudian menjadi kerangka berpikir peneliti dalam meng-capture
suatu fenomena? Atau ketika peneliti menjelaskan dan membahas suatu fenomena, peneliti teringat pada
suatu teori yang berkaitan dengan fenomena tersebut, maka ungkapkanlah. Teori
akan memperkuat penjelasan peneliti,
dan memberi warna
yang lebih tajam bagi analisis peneliti. Namun, teori bukan satu-satunya alat analisis ataupun perbandingan
dan bahkan inspirasi peneliti. Karena inspirasi bisa datang dari mana saja. Dari sebuah artikel
ringan di sebuah majalah ‘ecek-ecek’, dari sebuah ungkapan ngawur di pinggir
jalan, dari mana saja. Sepanjang itu membentuk cara berpikir peneliti dalam memandang
suatu fenomena, maka itu bisa menjadi inspirasi bagi peneliti. Jadi, dalam
penelitian kualitatif, teori bukan satu-satunya kacamata yang bisa digunakan
untuk ‘melihat’, ada banyak kacamata lain.
Karena itu, mengumpulkan segala macam informasi yang relevan serta dari segala
macam sumber adalah penting. Karena seperti diulaskan tadi, selain menjadi
inspirasi, segala informasi dan rujukan tersebut juga dapat menjadi bahan
perbandingan peneliti pada pembahasan hasil penelitian.[6]
[“Pemakalah menyimpulkan bahwa teori dalam penelitian kualitatif
tidaklah begitu penting seperti di
penelitian kuantitatif. Dalam penjelasan bagian pertama tentang pentingnya
sebuah teori dalam penelitian kualitatif yaitu “ kaca mata kuda” maksutnya
adalah hanya fokus kepada 1 pandangan saja tidak bisa berpikir lebih luas.
Kemudian datanglah dengan “kepala kosong” dan “mulailah dengan diam” maksutnya
adalah Terjun langsung ke lapangan dengan keadaan tenang sehinggah peneliti
bisa mendapatkan data yang realita. Dalam artian si peneliti harus hati-hati
dalam menggunakan teori untuk penjelasanya. Setidaknya,
peneliti juga harus punya wawasan untuk dapat menginterpretasi dan menganalisis
fenomena di lapangan. Salah satunya adalah mengetahui teori yang relevan.
C.Penjelasan Teori Dalam Penelitian Kualitatif
Menurut Snelbecker dalam Moleong “Fungsi teori adalah meramalkan dan menjelaskan perilaku,
menemukan teori lainnya, untuk aplikasi plaktis, memberikan perspektif bagi
usaha jarigan data, membimbing dan menyajikan gaya penelitian”.[7]
Singarimbun dan Effendi , teori berfungsi menjelaskan secara sistematis
suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep. Selain itu, teori
juga menerangkan fenomena tertentu dengan cara menetukan konsep mana yang
berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungan tersebut.[8]
Sedangkan Sevilla, Consuelo G., dkk. menyebutkan fungsi teori, yaitu:[9]
“(1) sebagai suatu kerangka konsepsi penelitian dan memberikan alasan
perlunya penyelidikan, (2) melalui teori kita dapat menyusun
pertanyaan-pertanyaan yang terinci sebagai pokok masalah penyelidikan, dan (3)
untuk menampilkan hubungan antara variabel-variabel yang telah diselidiki.” Melalui teori, (1) peneliti mendapatkan masukan dalam memaknai persoalan
dan (2) teori juga dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk
melihat gejala yang diteliti secara lebih utuh.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka fungsi teori adalah (1)
meramalkan, menjelaskan, dan menemukan teori lain, (2) memberikan perspektif
jaringan, (3) memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun pertanyaan
sebagai pokok masalah, (5) menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan
menerangkan fenomena sebagai masukan dalam mengambil persoalan dan informasi
pembanding.
C.Cara Menjelaskan Teori
Adapun
cara menjelaskan teori dalam penenlitian kualitatif peneliti diharuskan untuk
mengerti atau memehami tentang teori dan apa tujuan dari penelitianya sehinggah
dapat mempermudah dalam penjelasanya. Kita harus terjun langsung ke lapangan
sehinggah mendapatka hasil lapangan yang sebenarnya atau fakta untuk
mempermudah menjelaskan teori. Jika fakta di lapangan tidak sesuai dengan teori
maka maka abaikan saja teori dan teruskan untuk menganalisis data.
D.Teori Dasar Dalam Penelitian Kualitatif
a.
Etnografi
Etnografi
merupakan ancangan yang berawal dalam disiplin antropologi budaya, dan pada
pokoknya bertujuan mengkaji bagaimanakah budayah sekelompok manusia. Metode
utamanya adalah observasi, partisisfasif, yang menuntut kerja lapangan yang
intensif dengan peneliti terlibat penuh di dalam budaya yang dikajinya.
Etnografi mementingkan asas relativisme budayanya dan budaya itu dihargai sebagaimana
adanya tanpa membawa nilai-nilai dari budaya si peneliti. Ini juga berarti
penghargaan penuh (termasuk upaya empati) terhadap kelompok manusia yang hendak
diteliti.[10]
[“pemakalah menyimpulkan yang di maksut dengan etnografi adalah
penelitian terhadap suatu budaya yang
kemudian menghargai nilai-nilai budaya tersebut. Penelitian ini menggunakan
metode observasi, artinya lebih dominan terjun langsung kelapangan”.
b.Etnometodologi
Etnometodologi yang bersumber di
dalam disiplin sosiologi mikro dan dipelopori oleh Harold Garfinkel ,
mengajukan pertanyaan: bagaimanakah orang memahami kegiatanya sehari-hari
sehingga perilakunya dapat diterima oleh masyarakat? Berbeda dengan heuristis
yang memperhatikan pengalaman intens, etnometodologi lebih memperhatikan
hal-hal yang begitu lumrah dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak pernah
terpikirkan secara mendalam oleh para pelakunya. Berakar dalam fenomenalogi,
etnometodologi berusaha memahami akal sehat yang digunakan oleh sekelompok
manusia untuk dapat berfungsi dalam suatu kelompok yang hendak mencapai suatu
tujuan tertentu.
Untuk membuktikan kompleks dan tindakan lumrahnya
suatu gejala, etnometodologi menggunakan teknik sengaja melanggar pola
keseharian yang berlaku, dan reaksi terhadap pelanggaran itu mencoba memahami
kompleksilitasnya.[11]
Etnometodologi
lebih sering menekankan pada subjek pokok yang diteliti dan biasanya kurang
menyatakan atau menjelaskan metode yang digunakan oleh para penelitinya. Ia merupakan studi tentang bagaimana individu mencipta dan memahami
kehidupan sehari-harinya, atau metode pencapaian yang digunakan dalam kehidupan
mereka sehari-hari.[12]
[“pemakalah menyimpulkan, etnometodologi adalah
memahami atau meneliti akal sehat manusia yang di berfungsi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, yang bersifat lumrah sehingga peneliti tidak perluh berpikir
secara mendalam. Subjek penelitiannya adalah orang atau kelompok dalam
berbagai situasi khusus di dalam masyarakat kita.”
DAFTAR
PUSTAKA
Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/peran-teori-dalam-penelitian-kualitatif. html.
Kasiram, Mohamad. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN- Maliki Press.
Komarudin, 1987, kamus riseT, Offset Angkasa, Bandung.
Putra, nusa. Dan santi lisnawati. Penelitian kualitatif pendidikan agama islam. 2012 .PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Singaribuan, Masri, dkk. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES
Indonesia.
Sevila, Consuelo G., dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian.
Jakarta: UI–Press.
[1]Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 27-28.
[3]Kasiram, Mohamad. 2010. Metodologi Penelitian
Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN- Maliki Press. Hal: 309.
[5] Putra, nusa. Dan santi
lisnawati. Penelitian kualitatif
pendidikan agama islam. 2012 .PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung; hal: 25
[6]http://pascaunesa2011.blogspot.com/2011/11/peran-teori-dalam-penelitian-kualitatif.html
[7] Maleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal: 58.
[10] Putra, nusa. Dan santi
lisnawati. Penelitian kualitatif
pendidikan agama islam. 2012 .PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung; hal: 27
[11] Putra, nusa. Dan santi
lisnawati. Penelitian kualitatif
pendidikan agama islam. 2012 .PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung; hal: 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar